Selamat Datang di Dunia Fisika

Memulai perjalanan fisika bisa terasa seperti melangkah ke ruang besar yang dipenuhi nama-nama besar dan konsep yang belum sepenuhnya akrab. Mungkin ada rasa kagum saat mendengar nama Newton, Maxwell, dan Einstein. Tapi di sisi lain, mungkin juga muncul keraguan: “Apakah masih ada yang bisa dikerjakan?” “Bukankah semua sudah ditemukan?” Dan di zaman kecerdasan buatan seperti sekarang, pertanyaannya jadi lebih tajam: “Masihkah fisikawan dibutuhkan?” Saya ingin menjawabnya, bukan dengan teori, tapi dengan cerita singkat dari pengalaman saya sendiri.


Fisika Lebih dari Sekadar Rumus

Banyak dari kita mengenal fisika sebagai kumpulan hukum dan rumus. Tapi jika kalian menengok lebih dalam, fisika sesungguhnya adalah cara kita membaca dan memahami alam. Di balik satu rumus sederhana, sering kali tersembunyi cara pandang yang kompleks. Di balik jawaban yang tampaknya final, kadang ada pertanyaan yang belum selesai. Fisikawan bukan sekadar penghafal atau pengguna rumus. Kita adalah pencari makna. Tugas kita bukan hanya menyelesaikan soal, tapi menyusun pemahaman yang lebih utuh. Kadang bahkan mempertanyakan ulang cara berpikir lama yang sudah diterima. Dan menariknya, dunia fisika itu luas. Ada fisikawan yang mendalami fisika material dan teknologi elektronika. Ada yang menekuni komputasi fisis, geofisika, fisika medis, bahkan oseanografi. Masing-masing punya medan yang berbeda, tapi semangatnya sama: membaca realitas dengan hati-hati dan penuh keingintahuan.


Dari Ketidakpuasan ke Gagasan

Saya sendiri menekuni elektromagnetisme relativistik. Ada hal yang mengganggu saya: mengapa satu hukum fisika bisa punya banyak bentuk tergantung sistem satuan? Bukankah hukum alam semestinya tidak berubah hanya karena kita mengukur dengan cara berbeda? Dari keresahan itu saya menyusun ulang persamaan Maxwell ke dalam bentuk kovarian yang berlaku umum, dan memperkenalkan tensor konstitutif K?? untuk menyatukan medan dan medium secara koheren. Gagasan itu lahir bukan karena saya ingin tampil beda, tapi karena saya percaya: selalu ada cara melihat lebih dalam.


AI Bisa Membantu, Tapi Belum Bisa Bertanya

AI bisa memecahkan soal, menulis skrip, dan merangkum makalah. Tapi ia bekerja dari apa yang sudah ada. Ia tidak gelisah, tidak mempertanyakan hal-hal yang tampak rapi tapi sebenarnya belum tuntas. Di situlah letak perbedaan manusia dibandingkan AI. Kita gelisah, kita bertanya, dan dari situlah kadang muncul hal-hal baru.


Fisikawan Masih Dibutuhkan

Kalian tidak perlu langsung memahami relativitas minggu ini. Tapi mulailah dengan rasa ingin tahu. Fisika tidak menuntut kalian sudah tahu banyak, tapi mengajak kalian untuk tidak berhenti bertanya. Siapa tahu, dari satu pertanyaan kecil di kelas dasar fisika, kalian menemukan arah untuk membentuk cara baru membaca alam. Bukan dengan meniru, tapi dengan membangun pemahaman sendiri. Seperti pernah dikatakan John Archibald Wheeler: “Di balik semuanya, pasti ada satu gagasan yang begitu sederhana dan begitu indah, sehingga saat kita menemukannya, kita akan berkata: mengapa baru sekarang saya melihatnya?” —


Penutup

Dunia masih menyimpan banyak hal yang belum kita pahami. Tapi kita tidak perlu menjadi Einstein berikutnya. Cukuplah dengan terus bertanya, dan berani menempuh jalur pemahaman sendiri. Selamat datang di dunia fisika. Semoga kalian menemukan kebebasan dalam berpikir, dan kenikmatan dalam mencari.

berita Adrianus Inu Natalisanto