Siapa sangka, sisa cangkang telur yang biasa dibuang begitu saja ternyata menyimpan potensi besar dalam membantu menyelamatkan air? Di balik bentuknya yang rapuh dan tak lagi terpakai, cangkang telur bisa diolah menjadi material penyerap polutan yang ramah lingkungan—dan itu bukan sekadar teori, tapi telah dibuktikan dalam riset berbasis fisika material.


Dalam upaya menjawab tantangan krisis air bersih yang semakin nyata, tim peneliti kami mengembangkan material komposit dari limbah cangkang telur dan titanium dioksida (TiO2). Bukan hanya murah dan mudah diperoleh, material ini juga mampu bekerja secara efektif untuk menghilangkan zat pencemar dari air. Ini bukan sekadar eksperimen laboratorium—ini langkah nyata menuju solusi berkelanjutan.

Di tengah pertumbuhan penduduk dan aktivitas urban yang pesat, Kota Samarinda menghadapi tantangan serius terkait ketersediaan air bersih. Banyak warga masih bergantung pada air sungai Mahakam yang kualitasnya kian menurun akibat pencemaran dari limbah rumah tangga, industri, dan pertambangan. Kondisi ini diperparah oleh sedimentasi tinggi dan turunnya daya dukung lingkungan akibat alih fungsi lahan, terutama di daerah tangkapan air.

Sebagian besar masyarakat di kawasan pinggiran atau perbukitan Samarinda juga mengalami keterbatasan akses air bersih yang layak konsumsi. Ketergantungan pada air sumur atau air hujan membuat mereka rentan terhadap kontaminasi logam berat dan bakteri. Dalam konteks inilah, solusi teknologi berbasis material lokal yang murah dan ramah lingkungan menjadi sangat relevan dan mendesak untuk dikembangkan.

Inovasi dari Limbah: Kenapa Cangkang Telur dan TiO2?

Mengapa Cangkang Telur?

Cangkang telur merupakan limbah rumah tangga yang sering terabaikan, padahal memiliki kandungan kalsium karbonat (CaCO3) yang tinggi serta struktur mikropori alami. Karakteristik ini membuatnya sangat potensial sebagai bahan dasar adsorben yang mampu menyerap zat pencemar dari air. Selain murah dan mudah didapat, penggunaan cangkang telur juga menjadi solusi ramah lingkungan dalam mengurangi volume sampah organik.

Apa keunggulan TiO??

Titanium dioksida (TiO2) dikenal luas dalam dunia fisika material sebagai semikonduktor dengan sifat fotokatalitik unggul. Di bawah paparan cahaya ultraviolet (UV), TiO2 mampu memicu reaksi yang menguraikan senyawa organik berbahaya di dalam air. Stabilitas kimianya yang tinggi, tidak beracun, dan ketersediaannya secara komersial membuat TiO2 menjadi pilihan utama dalam teknologi pemurnian air.

Apa yang Terjadi Saat Keduanya Digabung?

Ketika cangkang telur dan TiO2 digabungkan dalam bentuk material komposit, keduanya membentuk sistem kerja ganda yang saling melengkapi: cangkang telur menyerap polutan, sementara TiO2 menguraikannya melalui proses fotokatalisis. Gabungan ini menciptakan adsorben-fotokatalis yang efektif, terjangkau, dan ramah lingkungan—sebuah inovasi nyata dari limbah yang memiliki manfaat besar bagi pemurnian air.

Sentuhan Fisika Material di Balik Teknologi Ini

Struktur Pori Cangkang Telur

Cangkang telur bukan hanya limbah dapur biasa. Di bawah mikroskop, cangkang telur memiliki struktur berpori yang menyerupai spons padat. Struktur ini membuatnya ideal sebagai bahan dasar adsorben karena mampu “menjebak” molekul-molekul polutan di dalam pori-porinya. Dalam fisika material, ini disebut sebagai permukaan dengan luas spesifik tinggi—semakin luas permukaannya, semakin banyak zat yang bisa diserap.

Sifat Semikonduktor dan Fotokatalitik TiO2

Titanium dioksida (TiO2) adalah semikonduktor yang memiliki kemampuan unik: saat terkena sinar ultraviolet, ia menghasilkan elektron dan hole yang bisa memicu reaksi kimia untuk menguraikan zat pencemar organik.Ini menjadikan TiO sangat penting dalam teknologi fotokatalisis air.

Konsep Adsorpsi dan Degradasi Polutan

dsorpsi adalah proses ketika molekul-molekul polutan menempel pada permukaan material. Dalam teknologi ini, cangkang telur menyerap zat pewarna berbahaya seperti methylene blue, sementara TiO2 membantu menghancurkannya menjadi senyawa yang lebih aman.

Metode Sintesis SSD (Solid-State Dispersion)

Untuk menggabungkan cangkang telur dan TiO2 menjadi satu material komposit, digunakan metode Solid-State Dispersion (SSD). Metode ini melibatkan pencampuran bahan padat menggunakan pelarut seperti etanol, lalu dikeringkan dan dikalsinasi. Bayangkan seperti mencampur bubuk kopi dan gula secara merata, lalu memanggangnya hingga menjadi satu kesatuan bahan yang aktif secara fisika dan kimia. Ilustrasi metode SSD untuk sintesis komposit Cangkang Telur (CT)/TiO2 ditunjukkan pada Gambar berikut:



Metode Solid State Dispersion (SSD) merupakan salah satu pendekatan sederhana dan ramah lingkungan yang digunakan untuk mensintesis material komposit berbasis limbah biomassa, seperti cangkang telur (CT), dengan material anorganik seperti titanium dioksida (TiO2). Proses ini dimulai dengan persiapan bahan dasar berupa cangkang telur yang dibersihkan, dikeringkan, dan digiling hingga menjadi serbuk halus (CT powder). Di sisi lain, serbuk TiO2 digunakan sebagai material aktif fotokatalitik karena kemampuannya dalam menyerap cahaya UV dan menghasilkan radikal bebas untuk proses degradasi polutan.

Kedua bahan, yakni serbuk CT dan TiO2, kemudian dicampurkan dalam perbandingan tertentu menggunakan pelarut etanol 95% sebagai media bantu pencampuran. Proses pencampuran ini dilakukan secara merata melalui pengadukan dan pemanasan ringan menggunakan hotplate stirrer untuk menghasilkan dispersi padat homogen (SSD). Setelah diperoleh campuran homogen, larutan dibiarkan mengendap selama beberapa waktu hingga terbentuk endapan. Endapan inilah yang nantinya menjadi cikal bakal komposit CT/TiO2.

Endapan hasil SSD kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110 °C selama 12 jam untuk menghilangkan sisa pelarut dan kelembapan. Proses ini penting untuk menjaga kestabilan struktur material sebelum tahap akhir. Setelah pengeringan, material dikalsinasi pada suhu 450 °C selama 1 jam. Proses kalsinasi ini berfungsi untuk meningkatkan keterikatan antara partikel CT dan TiO2, serta mengembangkan sifat kristalin dari TiO? yang diperlukan untuk aktivitas fotokatalitik.

Hasil akhir dari proses ini adalah komposit CT/TiO2 dalam bentuk serbuk kering yang siap digunakan sebagai bahan fotokatalis untuk pemurnian air. Material ini diharapkan memiliki efisiensi tinggi dalam mendegradasi senyawa organik berbahaya seperti metilen biru (MB), berkat kombinasi antara sifat poros dan kalsium karbonat dari CT serta aktivitas fotokatalitik TiO2. Metode SSD dinilai praktis, ekonomis, dan cocok diaplikasikan pada skala laboratorium maupun pengembangan teknologi ramah lingkungan berbasis limbah.

 

Uji Coba dan Hasil: Seberapa Efektif?

Pengujian dengan Methylene Blue

Untuk menguji kinerja material komposit, kami menggunakan larutan methylene blue (MB) sebagai model polutan. Larutan ini dipilih karena mewakili limbah pewarna organik yang umum ditemukan dalam air limbah industri tekstil. Sampel komposit cangkang telur-TiO2 kemudian direndam dalam larutan MB dan disinari dengan cahaya UV selama beberapa jam. Proses ini memungkinkan kami mengamati seberapa cepat dan seberapa banyak zat warna tersebut terdegradasi oleh material.

Efektivitas Degradasi (>95%)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa material komposit mampu mendegradasi lebih dari 95% methylene blue setelah disinari selama 3 jam. Komposisi terbaik—dengan perbandingan cangkang telur dan TiO2 sebesar 8:2—mencapai efisiensi degradasi sebesar 97,33%. Ini menunjukkan bahwa kombinasi antara struktur berpori alami dari cangkang telur dan sifat fotokatalitik TiO2 bekerja sangat efektif dalam membersihkan air dari senyawa organik berbahaya.

Apa Artinya bagi Kualitas Air?

Temuan ini membuktikan bahwa limbah rumah tangga seperti cangkang telur dapat diubah menjadi material fungsional untuk meningkatkan kualitas air. Dengan kemampuan degradasi yang tinggi, material ini berpotensi digunakan dalam sistem penyaringan sederhana di rumah tangga, sekolah, hingga daerah-daerah yang sulit mengakses teknologi pengolahan air modern. Ini adalah langkah kecil namun berarti menuju solusi air bersih yang terjangkau dan ramah lingkungan.

Apa Artinya Bagi Masyarakat dan Lingkungan?

Potensi Teknologi Ini di Masyarakat

Hasil uji laboratorium terhadap material komposit berbasis cangkang telur dan TiO2 menunjukkan kemampuan yang menjanjikan dalam menurunkan kandungan polutan organik dalam air. Temuan ini membuka peluang bagi pengembangan teknologi pemurnian air yang lebih murah, ramah lingkungan, dan berbasis bahan lokal. Meskipun masih pada tahap eksperimental, potensi ini dapat menjadi titik awal untuk riset lanjutan menuju pemanfaatan nyata di masyarakat.

Potensi Penerapan: Rumah Tangga, Industri Kecil, atau Daerah Terpencil?

Saat ini, teknologi ini masih terbatas pada skala laboratorium, sehingga belum dapat diterapkan langsung di tingkat rumah tangga, industri kecil, atau daerah terpencil. Namun, jika hasil penelitian ini terus dikembangkan dan diuji lebih lanjut, bukan tidak mungkin di masa depan komposit ini dapat dimanfaatkan secara luas untuk menjawab kebutuhan air bersih di berbagai skala.

Dampaknya bagi Lingkungan

Pemanfaatan limbah cangkang telur sebagai bahan dasar komposit memberikan nilai tambah pada material yang selama ini dianggap sampah. Jika dikembangkan secara berkelanjutan, pendekatan ini dapat berkontribusi pada pengurangan limbah organik sekaligus mendukung upaya pelestarian lingkungan melalui pengolahan air tercemar. Penggunaan bahan yang melimpah dan tidak beracun seperti ini juga mendukung prinsip ekonomi sirkular dalam sains material.

Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan, pengembangan material komposit berbasis cangkang telur dan TiO2 menjadi langkah inovatif dalam mendekatkan teknologi pemurnian air kepada masyarakat. Keberhasilan uji laboratorium dengan tingkat degradasi mencapai lebih dari 95% membuktikan bahwa pendekatan ini bukan sekadar konsep, tetapi solusi nyata yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Potensi aplikasinya sangat luas—mulai dari filter air skala rumah tangga, sekolah, hingga solusi darurat untuk daerah terdampak bencana atau terpencil.

Namun demikian, perlu disadari bahwa transformasi dari skala laboratorium ke skala aplikasi lapangan memerlukan dukungan lanjutan, baik dalam bentuk riset multidisiplin, uji ketahanan jangka panjang, maupun kolaborasi dengan sektor industri. Peran perguruan tinggi, pemerintah daerah, serta komunitas masyarakat akan sangat menentukan keberlanjutan dan keberhasilan teknologi ini dalam menjawab tantangan air bersih yang semakin mendesak.

Lebih dari sekadar hasil eksperimen, pendekatan ini mencerminkan prinsip keberlanjutan dalam sains: memanfaatkan limbah, meminimalkan dampak lingkungan, dan menciptakan nilai guna baru. Pengolahan air tidak lagi hanya bergantung pada sistem mahal dan kompleks, melainkan juga dapat dijawab dengan kreativitas ilmiah yang berbasis lokal. Inilah bukti bahwa sains dan teknologi dapat berpihak pada kebutuhan nyata masyarakat.

Dengan terus mengembangkan inovasi berbasis limbah seperti ini, kita tidak hanya menjawab isu krisis air, tetapi juga membentuk paradigma baru dalam pengelolaan sumber daya: dari limbah menjadi solusi, dari laboratorium menuju kebermanfaatan sosial.

Profil Tim Peneliti

Riset ini dilaksanakan oleh Tim Peneliti FMIPA Universitas Mulawarman yang terdiri dari para akademisi dengan latar belakang keahlian di bidang Fisika Material, Statistika Terapan, dan Kimia Bahan Alam. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan limbah cangkang telur sebagai bahan dasar pengembangan material komposit ramah lingkungan untuk pemurnian air.

Tim peneliti terdiri dari:

1. Dr. Rahmawati Munir, S.Si., M.Si. (Ketua, Fisika Material)

2. Dr. Dadan Hamdani, S.Si., M.Si. (Anggota, Fisika Material)

3. Prof. Dr. Darnah Andi Nohe, S.Si., M.Si. (Anggota, Statistika Terapan)

4. Dr. Eva Marliana, S.Si., M.Si. (Anggota, Kimia Bahan Alam)

5. Sahara Hamas Intifadhah, S.Si., M.Si. (Anggota, Fisika Material)

 

Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Teori dan Material, FMIPA Universitas Mulawarman, yang menjadi pusat pengolahan dan sintesis komposit berbasis cangkang telur dan TiO?. Proses karakterisasi material dilakukan dengan berbagai teknik, seperti SEM-EDX, XRD, dan UV-Vis, melalui kerja sama dengan beberapa institusi riset dan pendidikan tinggi, yaitu Institut Teknologi Kalimantan (ITK), ERSA BRIN, dan Universitas Hasanuddin.


Uji efektivitas degradasi zat warna dilakukan menggunakan paparan sinar UV di laboratorium. Kolaborasi lintas bidang dan lintas institusi ini menjadi kekuatan utama dalam mengembangkan solusi alternatif yang potensial terhadap isu pencemaran air di masa depan.

Penutup

Penelitian ini menunjukkan bahwa limbah cangkang telur memiliki potensi besar sebagai bahan dasar pengembangan material komposit ramah lingkungan untuk aplikasi pemurnian air. ????????. Diharapkan hasil riset ini dapat menjadi kontribusi nyata dalam upaya pengelolaan limbah dan solusi inovatif terhadap permasalahan pencemaran air di Indonesia maupun secara global. 


berita Rahmawati Munir